Hama Penyakit Tanaman Temulawak - Hama Penyakit Tanaman Temulawak yang biasa menyerang.
Hama Penyakit Tanaman Temulawak
- Hama : Hama temulawak adalah:
- Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
- Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
- Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
- Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
- Penyakit.
- Jamur Fusarium
- Penyebab: F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta basil Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau sesudah panen.
- Gejala: Fusarium menyebabakan amis akar rimpang dengan tanda-tanda daum menguning, layu, pucuk mengering dan tumbuhan mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan potongan tengahnya membusuk. Jamur Phytium mengakibatkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan kesudahannya keseluruhan tumbuhan menjadi busuk.
- Pengendalian: melaksanakan pergiliran tumbuhan yaitu sesudah panen tidak menanam tumbuhan yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang sanggup digunakan ialah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
- Penyakit layu
- Penyebab: Pseudomonas sp.
- Gejala: kelayuan daun potongan bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang berair dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir menyerupai getah.
- Pengendalian: dengan pergiliran tumbuhan dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
- Gulma : Gulma potensial pada pertanaman temu lawak ialah gulma kebun antara lain ialah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
- Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak memakai bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu semenjak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya ialah sbb:
- Mengusahakan pertumbuhan tumbuhan yang sehat yaitu menentukan hibrida yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari semenjak awal pertanaman
- Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
- Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
- Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik contohnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tumbuhan yang saling menunjang, serta rotasi tumbuhan pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
- Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menjadikan residu toksik baik pada materi tumbuhan yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan materi ini hanya dalam keadaan darurat menurut aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tumbuhan yang sanggup dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
- Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil contohnya Aphids.
- Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang sanggup digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga menyerupai lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
- Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
- Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap menyerupai wereng dan serangga pengunyah menyerupai hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
- Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang sanggup digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
- Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
Artikel Lainnya:
No comments:
Post a Comment