Tuesday, August 28, 2018

Budidaya Temulawak

Budidaya Temulawak - Temulawak merupakan tumbuhan obat berupa flora rumpun berbatang semu. Di tempat Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tumbuhan ini selain di Asia Tenggara sanggup ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.

Budidaya Temulawak

Temulawak merupakan tumbuhan obat berupa flora rumpun berbatang semu Budidaya Temulawak

1. URAIAN TANAMAN TANAMAN TEMULAWAK
1.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledonae
  • Ordo : Zingiberales
  • Keluarga : Zingiberaceae
  • Genus : Curcuma
  • Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
1.2 Deskripsi
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan tepat dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bulat memanjang hingga berdiri lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang hingga gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bulat memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.

2. MANFAAT TANAMAN TEMULAWAK
Di Indonesia satu-satunya kepingan yang dimanfaatkan ialah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya sanggup meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tumbuhan ini ialah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.

3. SENTRA PENANAMAN TEMULAWAK
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, alasannya itu sulit menentukan dimana pusat penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap tempat pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, sanggup ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.

4. SYARAT PERTUMBUHAN
  1. Iklim
    • Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tumbuhan ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga sanggup dengan gampang ditemukan di tempat yang terik menyerupai tanah tegalan. Secara umum tumbuhan ini mempunyai daya pembiasaan yang tinggi terhadap aneka macam cuaca di tempat beriklim tropis.
    • Suhu udara yang baik untuk budidaya tumbuhan ini antara 19-30 o C.
    • Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
  2. Media Tanam : Perakaran temulawak sanggup menyesuaikan diri dengan baik pada aneka macam jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diharapkan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diharapkan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah semoga tetap gembur. Tanah yang mengandung materi organik diharapkan untuk menjaga semoga tanah tidak gampang tergenang air.
  3. Ketinggian Tempat : Temulawak sanggup tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum ialah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tumbuhan yang ditanam pada etinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
5. PEDOMAN BUDIDAYA TEMULAWAK
  1. Pembibitan : Perbanyakan tumbuhan temulawak dilakukan memakai rimpang-rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk ialah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
    1. Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tumbuhan bau tanah yang sehat berumur 10 -12 bulan.
    2. Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang melekat pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
      • Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat kepingan yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang sanggup eksklusif ditanam.
      • Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang gres diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan hingga keluar tunas baru. Penyiapan bibit sanggup pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air higienis setiap pagi/sore hari sampai.keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang mempunyai 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam semoga mutu bibit tidak berkurang akhir penyimpanan.
  2. Pengolahan Media Tanam
    • Persiapan Lahan : Lokasi penanaman sanggup berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
    • Pembukaan Lahan : Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang sanggup mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm hingga tanah menjadi gembur.
    • Pembentukan Bedengan : Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan sanggup juga dibuat menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya kalau temulawak akan ditanam di animo hujan.
    • Pemupukan Organik (sebelum tanam) : Pupuk sangkar matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk sangkar untuk satu hektar kebun ialah 20-25 ton alasannya pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.
  3. Teknik Penanaman
    • Penentuan Pola Tanaman : Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal animo hujan kecuali pada tempat yang mempunyai pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan ialah ketika dimana tumbuhan memerlukan banyak air.
    • Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang ialah 60 x 60 cm.
    • Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm..
    • Perioda Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal animo hujan untuk masa panen animo kemarau mendatang. Penanaman pada di awal animo hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tumbuhan muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
  4. Pemeliharaan Tanaman
    1. Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
    2. Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan masakan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan sehabis tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan sanggup dilakukan segera sehabis rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan pinjaman kored/cangkul dengan hati-hati.
    3. Pembubunan : Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memperlihatkan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin sehabis dilakukan penyiangan.
    4. Pemupukan :
      1. Pemupukan Organik : Pada pertanian organic yang tidak memakai materi kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan memakai pupuk kompos organic atau pupuk sangkar dilakukan lebih sering disbanding kalau kita memakai pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada ketika pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos sanggup juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun takaran pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan sehabis acara penyiangan dan bersamaan dengan acara pembubunan.
      2. Pemupukan Konvensional :
        • Pemupukan Awal.Pupuk dasar yang diberikan ketika tanam ialah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tumbuhan atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang gres ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat sehabis pemupukan tumbuhan eksklusif disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
        • Pemupukan Susulan : Pada waktu berumur dua bulan, tumbuhan dipupuk dengan pupuk sangkar sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tumbuhan mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan takaran masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tumbuhan kemudian ditutup dengan tanah.
    5. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tumbuhan masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada animo kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah dihentikan berada dalam keadaan kering.
    6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan kalau telah timbul tanda-tanda serangan hama penyakit.
    7. Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
6. HAMA DAN PENYAKIT TEMULAWAK
  1. Hama : Hama temulawak adalah:
    1. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
    2. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
    3. Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
      • Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
  2. Penyakit.
    1. Jamur Fusarium
      • Penyebab: F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta basil Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau sehabis panen.
      • Gejala: Fusarium menyebabakan amis akar rimpang dengan tanda-tanda daum menguning, layu, pucuk mengering dan tumbuhan mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan kepingan tengahnya membusuk. Jamur Phytium menimbulkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan karenanya keseluruhan tumbuhan menjadi busuk.
      • Pengendalian: melaksanakan pergiliran tumbuhan yaitu sehabis panen tidak menanam tumbuhan yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang sanggup digunakan ialah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
    2. Penyakit layu
      • Penyebab: Pseudomonas sp.
      • Gejala: kelayuan daun kepingan bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang berair dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir menyerupai getah.
      • Pengendalian: dengan pergiliran tumbuhan dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
  3. Gulma : Gulma potensial pada pertanaman temu lawak ialah gulma kebun antara lain ialah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
  4. Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak memakai bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu semenjak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya ialah sbb:
    • Mengusahakan pertumbuhan tumbuhan yang sehat yaitu menentukan hibrida yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari semenjak awal pertanaman
    • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
    • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
    • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
    • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik contohnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tumbuhan yang saling menunjang, serta rotasi tumbuhan pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
    • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada materi tumbuhan yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan materi ini hanya dalam keadaan darurat menurut aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tumbuhan yang sanggup dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
  • Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil contohnya Aphids.
  • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang sanggup digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga menyerupai lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
  • Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
  • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap menyerupai wereng dan serangga pengunyah menyerupai hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
  • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang sanggup digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
  • Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
7. PANEN TEMULAWAK
  • Ciri dan Umur Panen : Rimpang dipanen dari tumbuhan yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen mempunyai daun-daun dan kepingan tumbuhan yang telah menguning dan mengering, mempunyai rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
  • Cara Panen.: Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.
  • Periode Panen : Panen dilakukan pada simpulan masa pertumbuhan tumbuhan yaitu pada animo kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya kepingan atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada animo kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada animo kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada animo hujan menimbulkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya materi aktif alasannya lebih banyak kadar airnya.
  • Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
8. PASCAPANEN TEMULAWAK
  • Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi pada materi segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah materi hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, kalau perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan kalau masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pembersihan yang terlalu usang semoga kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari alasannya dikhawatirkan telah terkotori kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pembersihan selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang semoga sisa air cucian yang tertinggal sanggup dipisahkan, sehabis itu tempatkan dalam wadahplastik/ember.
  • Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi materi yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan sanggup dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
  • Pengeringan : Pengeringan sanggup dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau sehabis kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari.dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali semoga pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang sanggup mengkontaminasi. Pengeringan di dalam panggangan dilakukan pada suhu 50 o C - 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray panggangan dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
  • Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada materi yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda absurd menyerupai kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  • Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang higienis dan kedap udara (belum pernah digunakan sebelumnya). Berikan label yang terang pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, kepingan dari tumbuhan materi itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat higienis dan metode penyimpanannya.
  • Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga semoga tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 o C dan gudang harus mempunyai ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi materi lain yang menurunkan kualitas materi yang bersangkutan, mempunyai penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta higienis dan terbebas dari hama gudang.
Demikian Artikel Budidaya Tanaman Temulawak, semoga sanggup memberi manfaat

 Artikel Lainnya:

No comments:

Post a Comment