Thursday, August 23, 2018

Pedoman Teknis Budidaya Ikan Mujair

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN MUJAIR - . Hal yang terkait dengan PEDOMAN TEKNIS DALAM BUDIDAYA IKAN MUJAIR antara lain:

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN MUJAIR

 Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam perjuangan budidaya ikan mujair tergantung dar PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN MUJAIR

  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam perjuangan budidaya ikan mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:
      1. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
        Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m². Adapun syarat kolam pemijahan yakni suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
      2. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
        Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada ketika benih ikan berukuran 3-5 cm.
      3. Kolam pembesaran
        Kolam pembesaran berfungsi sebagai kawasan untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diharapkan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
        • Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan menggunakan kolam semen, alasannya benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau pribadi dijual kepada pera petani.
        • Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam sanggup berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga sanggup dipakai dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. 
        • Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
      4. Kolam/tempat pemberokan
        Merupakan kawasan pencucian ikan sebelum dipasarkan
    2. Peralatan
      Alat-alat yang biasa dipakai dalam perjuangan pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, bejana aneka macam ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang dipakai untuk memanen/menangkap ikan mujair antara lain yakni warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
      menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk kawasan penempelan telur
      yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau adakala untuk penangkapan benih, ayakan
      penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
      menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu ahad keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
    3. Persiapan Media
      Yang dimaksud dengan persiapan yakni melaksanakan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan yakni pengeringan kolam selama beberapa hari, kemudian dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing- masing dengan takaran 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan takaran 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
  2. Pembibitan
    Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan hal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk, penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.
    1. Pemilihan Induk
      Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul yakni sebagai berikut:
      1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
      2. Pertumbuhannya sangat cepat.
      3. Sangat responsif terhadap masakan buatan yang diberikan.
      4. Resisten terhadap serangan hama, benalu dan penyakit.
      5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
      6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.
        Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina yakni sebagai berikut:
        1. Betina
          • Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
          • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
          • Warna perut lebih putih.
          • Warna dagu putih.
          • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
        2. Jantan
        • Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
        • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
        • Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
        • Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
        • Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
    2. Sistim Pembibitan
      Pembibitan ikan mujair sanggup dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
      1. Sistim satu kolam
        Pada sistim ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam pendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan media pembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2 atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi. Pamanenan dilakukan setiap 2 ahad sekali.
      2. Sistim dua kolam
        Pada sistim ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam terpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam
        pendederan yakni 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebih rendah dari dasar kolam lainnya supaya fatwa air cukup deras mengalir dari
        kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebut dipasang saringan agresif supaya hanya bawah umur ikan saja yang dapat
        lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan sama dengan sistim satu kolam.
      3. Sistim platform
        Pada sistim ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai kawasan induk jantan dan betina bertemu atau kawasan pemijahan. Kolam
        kedua kawasan induk betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambu dengan ukuran lubang-lubang sebesar tubuh induk betina sehingga hanya induk betina yang sanggup lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketiga merupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang ke empat yakni kawasan pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepas sama dengan sistim yang pertama. 
    3. Pembenihan
      Pemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada kolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara khusus. Hal yang perlu dilakukan yakni penyiapan media pemeliharaan menyerupai pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolam dipertahankan sekitar 50 cm. Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan masakan pemanis dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini dipakai dalam perjuangan budidaya ikan mujair secara komersial. Dapat juga diberi masakan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan takaran 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemijahan akan terjadi sesudah induk jantan menciptakan lubang sarang yang berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm. Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas. Pada ketika tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas sesudah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27°C. Setelah sekitar 2 ahad semenjak penetasan, induk betina gres melepaskan anak-anaknya, dikarenakan telah bisa mencari masakan sendiri. 
    4. Pemeliharaan Bibit
      Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan sesudah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan
      yang sudah siap mendapatkan anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan
      dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan proteksi pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, lantaran pada ukuran tersebut benih ikan sudah sanggup dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina.
  3. Pemeliharaan Pembesaran
    Pemeliharaan pembesaran sanggup dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
    1. Polikultur
      1. ikan mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau
      2. ikan mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.
    2. Monokultur
      Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
      jantan dan betina. Pembesaran ikan mujair pun sanggup pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m hingga 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa sanggup diadaptasi dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan sanggup dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan mujair. Sebelum dipakai petak sawah diperdalam dahulu supaya sanggup menampung air sedalam 50-60 cm, dibentuk parit selebar 1-1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
      1. Pemupukan
        Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan masakan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa dipakai yakni pupuk sangkar atau pupuk hijau dengan takaran 50–700 gram/m²
      2. Pemberian Pakan
        Apabila tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang, maka bisa diberikan masakan pemanis dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini dipakai dalam perjuangan budidaya ikan munjair secara komersial. Dapat juga diberi masakan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan takaran 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari. Disamping itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengan takaran atau ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar juga perlu diberi masakan pemanis berupa hancuran pellet atau remah dengan takaran 10% dari berat populasi per hari. Pemberiannya 2-3 kali/hari. 
      3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
        Dalam hal pemeliharaan ikan mujair yang dilarang terabaikan yakni menjaga kondisi perairan supaya kualitas air cukup stabil dan higienis serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun. 
 Artikel Lainnya:

No comments:

Post a Comment