Wednesday, August 22, 2018

Pedoman Beternak Sapi Perah

Pedoman Beternak Sapi Perah - pedoman budidaya ternak sapi perah antara lain:

Pedoman Beternak Sapi Perah

 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam  Pedoman Beternak Sapi Perah

Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang sanggup dibentuk dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada sangkar tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara sangkar yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibentuk jalur untuk jalan.
Pembuatan sangkar untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila aktivitas penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran sangkar harus lebih luas dan lebih besar sehingga sanggup menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai sangkar harus diusahakan tetap higienis guna mencegah timbulnya banyak sekali penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan gampang dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai ganjal sangkar yang hangat.
Seluruh kepingan sangkar dan peralatan yang pernah digunakan harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, menyerupai creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran sangkar yang dibentuk untuk seekor sapi jantan cukup umur ialah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina cukup umur ialah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar sangkar 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan 
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan sanggup dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) sampai dataran tinggi (> 500 m).

Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina cukup umur adalah:
  1. produksi susu tinggi,
  2. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
  3. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
  4. bentuk tubuhnya menyerupai baji,
  5. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
  6. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
  7. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
  8. tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
  1. berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
  2. kepala dan leher sedikit panjang, bahu tajam, tubuh cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
  3. jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
  4. pertumbuhan ambing dan puting baik,
  5. jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
  6. sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. umur sekitar 4-5 tahun,
  2. memiliki kesuburan tinggi,
  3. daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
  4. berasal dari induk dan pejantan yang baik,
  5. besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
  6. kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
  7. muka sedikit panjang, bahu sedikit tajam dan lebar,
  8. paha rata dan cukup terpisah,
  9. dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
  10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
  11. sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
  1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diharapkan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang gres tiba harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam sangkar yang higienis dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
  2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
    Seluruh sapi perah dara yang belum mengatakan gejala birahi atau belum bunting sehabis suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
  3. Sistim Pemuliabiakan
    Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan gres sehabis menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak gampang mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan alasannya sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) mempunyai konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati alasannya dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
  2. Perawatan Ternak
    Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari sehabis sangkar dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran sangkar ditempatkan pada penampungan khusus sehingga sanggup diolah menjadi pupuk. Setelah sangkar dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai ganjal lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan semenjak sapi pedet sampai usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi cukup umur ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang gres disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi cukup umur sanggup ditimbang dengan melaksanakan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang tubuh dan tinggi pundak.
  3. Pemberian Pakan
    Pemberian pakan pada sapi sanggup dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
    1. sistem penggembalaan (pasture fattening)
    2. kereman (dry lot fattening)
    3. kombinasi cara pertama dan kedua.
      Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari sehabis pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
      umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh (BB) dan pakan suplemen sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan masakan suplemen sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
      Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat tubuh per hari.
      Pemeliharaan utama ialah pinjaman pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan sangkar dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal ekspresi dominan kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di ekspresi dominan hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan berdasarkan jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
  4. Pemeliharaan Kandang
    Kotoran ditimbun di daerah lain semoga mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan bermetamorfosis pupuk sangkar yang sudah matang dan baik. Kandang sapi dihentikan tertutup rapat (agak terbuka) semoga sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang higienis harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibentuk di luar sangkar tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibentuk agak lebih tinggi semoga pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara daerah air minum sebaiknya dibentuk permanen berupa kolam semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

 Artikel Lainnya:

No comments:

Post a Comment